Arab, Sebuah Permata Yang Hilang


Kita semua tentu paham bahwa manusia adalah makhluk sosial. Adalah makhluk yang membutuhkan makhluk lain. Dalam kesehariannya, ia selalu berbaur dengan sesamanya untuk menjalin komunikasi. Berkat adanya komunikasi antar sesama, segala
bentuk kebutuhan bisa saling membantu untuk mewujudkannya.
Berbicara tentang komunikasi, secara otomatis kita juga bicara tentang bahasa. Karena komunikasi erat kaitannya dengan bahasa; baik melalui pembicaraan, tulisan, dan isyarat. Dalam kaitannya dengan soal bahasa, Tuhan semesta alam telah menjadikan masing-masing bahasa kepada seluruh makhluknya. Manusia dengan bahasa manusia, hewan dengan bahasa hewan, dan seterusnya.
Kalau kita perhatikan, model bahasa yang dipakai dalam setiap negara di seluruh dunia ini jumlahnya tentu tak terhitung lagi. Entah jutaan atau miliaran. Bahkan, masing-masing negara memiliki karakter berbeda dalam pengungkapan bahasanya. Tapi kemudian muncul pertanyaan, bahasa manakah yang paling unggul diantara bahasa-bahasa yang lain?
Jawaban yang terlontar pertama kali mungkin adalah bahasa Inggris, karena dianggap sudah menjadi bahasa internasional, bahasa dunia. Bahasa Inggris menjadi alat komunikasi antar bangsa dalam melakukan setiap aktifitas; mulai dari industri, urusan diplomasi, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Bahasa Inggris seolah-olah memonopoli bahasa-bahasa lain di muka bumi ini. Bahasa masing-masing suku dalam sebuah negara kerapkali tersisihkan, termasuk bahasa nasional.
Dalam konteks Indonesia, betapa banyak masyarakat kita yang lebih tertarik mempelajari Bahasa Inggris daripada bahasanya sendiri, bahasa Indonesia. Bahasa Inggris dianggap bahasa kalangan orang-orang atas, bahasa gaul, bahasa orang-orang modern yang punya kapasitas hidup lebih baik. Masih didukung lagi dengan fasilitas memadai untuk mempelajari bahasa Inggris, praktis masyarakat lebih tergoda untuk mendalaminya daripada bahasa bangsa mereka sendiri.
Orang boleh saja mengatakan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang unggul, bahasa nomor satu dalam kancah internasional. Namun, bukan berarti bahasa Inggris adalah yang paling indah di muka bumi. Ada bahasa lain yang meskipun kalah populer dari bahasa Inggris, namun sisi keindahannya jauh lebih baik. Kata-katanya simpel, namun kandungan maknanya melebihi dari bangunan kata itu sendiri. Bahasa itu adalah bahasa Arab.
Banyak orang yang belum memahami betul kalau bahasa Arab sesungguhnya termasuk kategori bahasa yang estetikanya mengungguli bahasa-bahasa lain. Ia ibarat permata yang tersimpan di dalam karang yang tersembunyi jauh di dalam lautan. Sesuatu yang amat indah dan tak ternilai harganya jika disejajarkan dengan barang-barang berharga lainnya, namun sulit didapatkan.
Berdasarkan pengamatan penulis dan informasi dari berbagai sumber, bahasa Arab menduduki peringkat ke enam tingkat dunia sementara bahasa Inggris berada di peringkat utama. Umumnya, masyarakat lebih antusias terhadap bahasa Inggris karena mudah dipelajari. Sedangkan bahasa Arab, masyarakat enggan mempelajarinya karena dialek Arab terlalu sukar untuk dipahami. Sebab, salah sedikit saja dalam mengucapkan atau dalam penulisan, maka bisa berakibat fatal. Contoh sederhananya, ketika kita salah dalam memberikan harakat fathah, dlammah, kasrah, atau bahkan memberi tasydid, maka makna yang terkandung dalam kata tersebut akan berubah. Dan ketika kandungan maknanya berubah, tentu ini akan berakibat pada kekacauan epistemologi karena alur makna dalam kata-kata itu jadi sumir.
Dalam mempelajari bahasa Arab, teknisnya berbeda dengan mempelajari bahasa-bahasa lain. Bahasa Arab harus dipelajari secara gradual. Ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dikuasai terlebih dahulu. Dalam istilah Arab, tingkatannya terbagi menjadi dua bagian, yakni standar dan tingkat tinggi (ablagh).
Dua tingkatan ini memiliki perbedaan dalam tata cara membuat bangunan kata-kata. Bahasa Arab yang tingkat tinggi, setiap kata atau kalimat yang dipakai akan dinilai, apakah kalimat tersebut masyhur atau asing? Karena menurut kaidah penyusunan kata yang baik, antara lain, kalimat itu tidak asing ketika diucapkan di tengah masyarakat. Kemudian berlanjut pada susunan, apakah susunan katanya mudah dipahami atau tidak? Berlanjut lagi pada pengungkapan, apakah kalimat tersebut mudah diucapkan atau tidak? Dan masih banyak lagi kaidah-kaidah yang harus dipatuhi agar menghasilkan bahasa yang benar dan indah. (Lihat mukadimah Jauhar al-Maknun) .
Para pengamat bahasa mengakui kalau bahasa Arab merupakan bahasa asing yang memerlukan dedikasi tinggi untuk mempelajarinya. Nilai itulah yang membedakan bahasa Arab dengan bahasa yang lainnya. Maka tak heran jika kalimat-kalimat yang tersusun sesuai dengan kaidah bahasa Arab, acapkali orang-orang dibuat geleng-geleng karenanya. Terlebih, bahasa Arab yang terkandung dalam Alquran. Allah Swt berfirman, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan Jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. al-Isra’: 86)
Dalam catatan sejarah Islam, bangsa Arab dahulu pernah menyangsikan keindahan bahasa Alquran karena menggunakan bahasa Arab. Mereka (baca: orang-orang kafir) bahkan menghina Nabi Muhammad Saw dan kitab suci Alquran yang diwahyukan kepadanya.
Insiden itu bermula ketika Nabi menunjukkan Alquran kepada kaum kafirin agar mau memeluk Islam. Banyak ahli sastra dari bangsa Arab yang hadir waktu itu. Namun, Rasulullah Saw yakin kalau mereka tidak akan pernah mampu menandingi Alquran, meski dari sisi bahasa sekalipun. Para sastrawan Arab yang kafir kemudian meneliti dan mencari celah dimana letak kelemahan Alquran. Namun, mereka tidak menemukan cacat sedikitpun yang terdapat dalam Alquran. Akhirnya, mereka menyerah dan mengakui kehebatan Alquran. (Lihat: al-Hushun al-Hamidiyyah, hal. 82, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladah).
Dari uraian di atas, jelas sekali bahwa bahasa Arab sejatinya adalah bahasa yang unggul tak tertandingi. Terbukti, Alquran yang merupakan sumber utama segala bidang keilmuan saja memakai bahasa Arab. Dikatakan unggul, menurut hemat penulis karena bahasa Arab telah lulus seleksi untuk digunakan sebagai bahasa Alquran. Karena Alquran adalah Kalamullah yang sangat mulia dan agung, tidaklah mungkin Allah menyejajarkan sesuatu yang tidak setara denganNya.
Bahasa surga
Sebagai umat Islam, sepatutnya kita bangga dengan memiliki bahasa Arab. Kita tidak perlu inferior karena ada bahasa lain yang dikatakan lebih unggul daripada bahasa Arab. Karena sesungguhnya bahasa Arab adalah bahasa yang kelak akan dipakai di surga. Banyak keterangan yang menjelaskan hal itu. Dalam kehidupan di surga, seluruh makhluk akan memakai bahasa Arab.
Jika Anda belum yakin kalau bahasa Arab itu adalah bahasa yang indah lagi unggul, ada baiknya penulis menampilkan sastrawan legenda sepanjang masa. Anda mungkin sudah mengenal nama beliau, dia adalah Imriil Qois atau Majnun. Tokoh utama dalam kisah Laila Majnun. Sebuah kisah legendaris yang bermuatan cinta murni dan nyata adanya. Syair-syairnya terangkai dengan indah dan penuh dengan makna. Wajar jika kemudian sebagian besar penduduk bumi mengaguminya.
Diakui atau tidak, tidak sedikit yang merasa minder (bahkan gengsi) jika menggunakan bahasa Arab. Akan tetapi, jika penulis mengilustrasikan; seandainya ada barang yang di kemas bagus dan ‘ngejreng’ namun kualitasnya standar dibandingkan dengan permata yang kusam, Anda akan pilih yang mana? Bagi orang yang jenius dalam berbisnis, pastilah ia akan memilih permata. Karena permata bernilai lebih meski bentuknya terbilang kecil. Sungguh, bahasa Arab pada masa sekarang ibarat sebuah permata yang hilang.

Load disqus comments

0 Coretan